Filosofi yang Diajarkan Hujan Soal Menata Hidup


Hujan di bulan desember, awal dari perubahan. Kali ini gua akan bercerita filosofi hujan yang ku tahu, dalam imajinasi gua, hujan itu awal dari perubahan langit yang akan menjadi kegelapan, dalam kegelapan itu tertampung air yang akan terjun ke bumi yang membawa keberkahan buat kehidupan manusia.

Ketika hujan datang tidak semua manusia bahagia pasti ada yang menolaknya, karena alasan-alasan, walapun seperti itu hujan tidak takut dengan alasan manusia, karena perintah dari tuhan. Banyak yang marah-marah “kenapa hujan, gua mau pepergian”, “ujan lagi ujan lagi!!” banyak keluhan yang di lontarkan manusia, tapi hujan tetap tak mendengarkan, tidak seperti manusia di gretak sedikit menciut, karena alasan satu orang suatu acara gagal, boleh mendengarkan pendapat orang, tapi lebih baik dengarkan kata hati, malah hujan lebih sakit, harus terjun dari langit, manusia baru memikirkan udah takut, pengecut.

Hujan terjun dari langit dengan kesakitannya, untuk membahagiakan manusia yaitu menyuburkan tanah, dan kebutuhan manusia, hujan tanpa imbalan dia ikhlas kesakitannya itu untuk membahagiakan manusia. Kita bisa belajar keikhlasan dari hujan, kita bisa belajar kepatuhan dari hujan karena patuh pada tuhan, kita belajar keberanian pada hujan untuk kebenaran.

Makanya kita syukuri hujan di bulan desember ini, hargai hujan untuk menyenangkan sebagian manusia yang butuh, semua ini adalah nikmat tuhan, tidak boleh kalian keluhkan coba resapi kenikmatan itu dengan merasakan air hujan membasahi tubuh, kau akan kena filosofinya.

Maka ketika hujan turun bergembira bukan bersedih, sudah cukup filosofi sakit hati saat hujan. Makanya minum kopi, agar kehangatan membawanya dari kesakitan ke dalam kebahagiaan saat hujan. Hujan bukan untuk diratapi, tapi disenangi, ujan-ujanan sekarang bukan untuk kesakitan tapi untuk kesenangan, berterima kasih lah pada hujan.

WAREANET/MELANKOLIA