Seperti apa sih kamu mengenal cinta? Sensasi nyaman yang di alami, karena semata  kesempatan, yang hanya orang beruntung saja yang jatuh cinta. Seperti lagu-lagu dan film-film sampah yang kita dengar dan ton-ton, sampai buta mata, menangis dan bunuh diri sedasyat itukah cinta. Orang-orang kita terlalu melebih-lebihkan cinta, yang mereka tahu cinta harus menemukan seseorang yang di cintai, mendapatkanya dan menjadi pasangan hidupnya. Kata mereka saat memberikan perhatian, kenyamanan, dan pertolongan itu cinta, setelah itu kamu ungkapkan dan katakana “Aku mencintaimu”.

Kita selalu merasa bangga saat jatuh cinta, bumi seperti milik berdua dan tak suka melihat yang lain, mereka hanya pengganggu itulah cinta bertubuh keegoisan, orang sudah nyaman dengan cinta adalah kenyamanan, tidak sadar bahwa nyamanya cinta bisa menjadi kekecewaan, yang menusuk hati dengan pisau belati. Ketidak tahuan mereka tentang cinta adalah kesungguhan bahwa kamu harus merasakan jatuh cinta. Kamu harus berkali-kali patah hati, berkali-kali membuat hubungan untuk tahu tentang cinta. Itu akan menjadi suatu empiris keabadian buatmu tentang apa itu cinta. Pembelajarannya akan membuatmu sadar tentang menghargai, merelakan dan bahwa cinta perlu upaya untuk di benah kesalah-kesalahan terdahulu ketika menerapkan cinta.

Orang-orang untuk mendapatkan cinta, harus menempuh cara-cara budaya abad kita yang di setujui. Laki-laki hari ini dengan memaki jas, rambut mengkilap, banyak uang, jabatan tinggi. Perempuan berdandan cantik dengan gincunya di bibir, creamnya di pipi dan tangan, rambutnya berwarna-warni dengan berbagai style. Laki-laki dan perempuan harus baik, taat agama, berbicara menarik, suka menolong, sopan, lugu. Maka cinta hari ini adalah cita-cita setiap manusia ketika ingin sukses, tujuan cinta yang di gambarkan adalah kesuksesan. Tidak ada yang perlu di pelajarai tentang cinta, setelah kamu mendapatkan cara-cara itu, kamu akan merasakan cinta.

Cinta akan ternodai dengan gelapnya hati oleh harta, harta menjadi penjara perdagangan cinta, yang menjadikan cinta di gadaikan dengan kebaikan, kesuksesan, gincu. Maka esensi gaungan cinta dari premis paragraf pertama cinta adalah kenyamanan yang sukses, memakai gincu, dan kebaikan. Banyak kesalahan cinta dan kurang setuju argument cinta orang sekarang. Mereka lupa tidak semua orang menginginkan itu, ada orang yang mengejar cinta tanpa semua itu, tujuanya satu bagaimana perasaan yang dia rasakan terpenuhi dan itu yang menjadikan kata orang cintanya munafik.

Baca Juga : Bermimpilah,Karena Tuhan akan Memeluk Mimpi-Mimpi itu – Novel Edensor Andrea Hirata.

Cinta itu bertahap secara material, falling in love (cinta adalah nafsu), Being in love ( Cinta apa adanya), Standing in love (Cinta tanpa perasaan). SMA adalah tempat perjalanan cinta yang selalu menjadi kenangan saat dewasa, merasakan hati bergetar, gugup, malu satu sama lain, begitu juga sebaliknya, agresif, posesif, dan saling peluk. Laki-laki selalu menginginkan perempuan cantik, modis, dan perempuan menginginkan laki-laki keren, ganteng, kaya untuk menjadi pasangannya di pesta dansa, di tongkrongan dan juga bermanja-manja, sampai akhirnya berakhir kekecewaan saling merusak satu sama lain. Cintanya tidak akan abadi. Tidak bisa dipungkiri juga ada cinta yang abadi menjalur kepernikahan, berumah tangga, mempunyai anak. Maka sampai disini akan ada ujian cinta yang begitu dasyat, merasakan cinta harus menerima keluh kesah hidup, saling keterbukaan, mengetahui keburukan pasangan masing-masing. Banyak pasangan yang tidak kuat di tahap ini, yang mengakhiri kedalam perceaian, akhirnya menjadi seorang janda atau pun duda. Kita sebenarnya terlalu menjawab pertanyaan karena nafsu, yang membuat semuanya hancur tapi ketika nafsu bisa di redap, saat di perjalanan menuju kakek nenek nanti, semuanya akan hilang, paling hanya berbicara satu sama lain, tidak lagi bermanja-manja, Karena tidak ada lagi yang dinginkan hanya duduk di kursi tinggal menunggu penjemputan, komitmen yang dibangun saat di tahap ini,

Baca Juga : Mari KitaBerkenalan Dengan Raden Ajeng Kartini, Pahlawan Pendidikan Perempuan.

Kita banyak melihat film cinta pandangan pertama, melihat objek yang kita cintai di depan mata, tiba-tiba hati bergetar, di asumsikan jatuh cinta. Mulai tahap upaya untuk mengejar, mendapatkanya untuk menjadi pasangan hidup. Berbeda dengan budaya tahun abad 19 mereka hanya perlu hubungan antar keluarga baik-baik saja, membincarakan antar keluarga untuk menikahkan anak-anak mereka, keluarga memantau pasangan ini sampai menikah, mereka di lepaskan membuat rumah tangga sendiri, tidak ada cinta yang membangun ini, tapi keluarga mengharapkan cinta akan terbangun setelah menikah.

Cinta sebenarnya bukan masalah objek ataupun kenyamanan, tapi upaya dan praktek yang dilakukan dalam membangun cinta. Kita tak perlu jauh-jauh mencari objek tapi kalau kita tahu upaya dan praktek kita untuk membangun cinta, itu sudah cukup, untuk membuatmu memandang yang dibangun pertama untuk hidup selanjutnya adalah cinta itu sendiri, tapi kita bisa membangun itu tanpa cinta juga, karena cinta akan tumbuh di hidup selanjutnya ketika sudah menyatu atau menjadi pasangan. Kepokusan cinta hari ini memang adalah semua cara yang di ungkapkan di atas dan lebih penting daripada cinta, tapi tidak salah juga tidak mengambilnya.

Referensi :

 

Fromm, E. (2018). The Art of Loving. In A. Kharisma, Seni Mencintai (pp. 3-14). Yogyakarta: BASABASI.