Kelebihan manusia dari semua makhluk hidup adalah berbicara, manusia gampang sekali mengungkapkan. Aku tak berpikir hewan tidak bisa, karena mereka punya Bahasa mereka sendiri, mungkin itu kelebihan hewan, begitu juga dengan tumbuhan dan makhluk-makhluk lainnya. Manusia itu terlalu percaya diri bahwa katanya kita ini makhluk sempurna, kadangkala menghilangkan kesempurnaan makhluk lainnya. Ketika hewan bilang aku adalah makhluk sempurna yang diciptakan tuhan. Manusia bilang, aku adalah makhluk sempurna yang diciptakan tuhan. Tercipta suatu paradox makhluk yang mengklaim kesempurnaan. Aku berpikir dan itu adalah pendeknya pikiran kita, tapi aku menemukan sesuatu bahwa kita punya kelebihan, tidak luput bahwa makhluk lain punya hal yang sama. Aku mendengar bahwa manusia bisa menggunakan hati, pikiran, mulut untuk berbicara. Tapi aku merasa makhluk lain juga punya, tapi dengan cara yang berbeda, hanya mereka yang tahu.

Ketidak tahuan manusia akan semua hal itu mencirikan bahwa dia manusia. Manusia tidak perlu banyak tahu, tapi selalu menciptakan tempat buat dia nyaman. Aku menciptakan dunia ini untuk diriku, merasakan pahitnya hidup, senyumnya kebahagiaan, dan perihnya rasa sakit. Komplikasi kehidupan bukan untuk lari, tapi dibuat untuk di hadapi. Ketika aku bilang hadapi, karena memang tidak mungkin bisa lari. Kata lari yang aku bilang bukan orang lari dari masalah, ketika dia lari dari masalah itu kalian sudah menghadapi. Maka percaya dirilah dengan apa yang kamu putuskan. Apa yang kamu ciptakan itu kamu yang putuskan, apa yang kamu rasakan, itu yang kamu lakukan. Memang benar proses tidak menghianati hasil.

Tidak perlu kamu bilang sempurna, karena makhluk lain juga akan bilang aku sempurna. Kesempurnaan bukan sesuatu yang tinggi tapi apa yang kamu syukuri. Sebuah instrumental hidup, yang selalu bergema dalam heningnya dunia, itu yang kamu rasakan, selalu bersenandung dengan irama, walau lelah untuk menari, tapi kamu terus tanpa berhenti, kesempurnaan yang aku bilang adalah itu.

Ketika salah satu tubuhmu hilang, itu bukan suatu kecacatan tapi itu kesempurnaan yang diberikan tuhan. Tapi tidak bisa dipungkiri, presfektif yang membangun itu akan hilang, ketika kamu mencari dari presfektif lain. Disini aku tidak ingin berkata kesempurnaan yang aku buat ini relevan denganmu, yang membaca. Tapi aku ingin bilang tak perlu membangun kesempurnaan dari orang lain, cukup kenali dirimu. Maka keluarkan aurnya. Karena perbedaan inilah manusia bisa hidup berabad-abad lamanya. Aku ingin katakan penilaian orang hiraukan saja. Buat senyaman dirimu, dan introfeksi dirimu, menurutmu bukan menurut orang lain.

Cukup, kata orang itu untuk menamparmu saja, bukan acuan kamu harus mengubah itu, kamu harus percaya pada dirimu, bahwa pribadiku hari ini adalah suatu kesempurnaan yang di buat diriku, ketika kesempuraan diriku ini, ingin ku rubah, karena kamu ingin bukan orang lain yang ingin. Karena kenyaman bukan orang lain yang merasakan tapi dirimu yang akan merasakan.