Ilustrasi burnout, (pexels.com/ANOTONI SHKRABA production)


Hidup di jaman yang serba cepat, dalam suatu pekerjaan banyak sekali tekanan yang menghampiri menjadikan kita lelah dengan apa yang kita kerjakaan. Hal itu biasanya datang ketika memang kita sudah banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan akan tetapi banyak keluhan dari dalam diri, akhirnya mengalami stress. Munculnya keadaan kondisi stress itu perpaduaan antara faktor-faktor pekerjaan dengan faktor-faktor di dalam individu dalam kedua hal ini yang saling bertentangan.

Dalam dunia kerja hal ini disebut Burnout. Menurut Bernardin menggambarkan burnout sebagai keadaan yang mencerminkan reaksi emosional pada orang yang bekerja di pelayanan kemanusiaan (human services), dan bekerja erat dengan masyarakat. Biasanya hal ini dialami oleh pekerja sosial, perawat rumah sakit, anggota polisi, dan guru. Ketika kita merasa burnout itu akan berdampak kepada kualitas pekerjaan yang tidak produktif lagi, malah ini akan merembet ke pada kesehatan fisik kariawan yang memburuk. Munchinsky mengatakan bahwa dalam organisasi di tempat kerja memiliki dua kekuatan yang berpengaruh yaitu dalam individu dan organisasi, salah satunya faktor pribadi (umur, jenis kelamin, suku), kemampuan, pengetahuan, keterampilan, minat dan kepribadian. Sedangkan organisasi yaitu lokasi, ukuran perusahaan, kecanggihan teknologi, tuntutan tugas dan pekerjaan, role expectation, norma yang berlaku di perusahaan, dan iklim yang berkembang.

Saat kita merasakan burnout itu akan berpengaruh kedalam kehidupan sehari-hari, apalagi ketika sudah memiliki keluarga maka tekananya akan begitu berat. Burnout dimulai ketika kepercayaan diri merasa rendah dan menilai kemampuan sendiri dengan negative, dari sana akan ada pertaruangan antara diri sendiri dengan tekanan diluar yang tidak bisa kita kontrol, hal ini akan berdampak kedalam perubahan kepribadian dan pencapaian menurun, itu terjadi biasanya karena ada perbandingan antara manusia dengan kondisi perusahaan yang terasa terlihat berat. Bisa juga ketika banyak sekali pekerjaan yang dilakukan menjadikan kita merasa lelah dengan keadaan itu.

Menurut Maslach komponen-komponen orang yang sedang mengalami burnout ada tiga, yang pertama kelelahan secara emosional (emotional exhaustion), Mengalami keadaan dimana orang tersebut tidak mengenal dirinya sendiri (depersionalization), dan perasaan rendahnya harga diri (feeling of low personal accomplishment). Ketika emosional lelah di sebabkan oleh tuntutan pekerjaan yang berlebihan, hal itu dapat menyebabkan psikologis terganggu. Perlunya mengenal diri itu penting, itu akan berdampak ke pekerjaanmu. Karena ketika kamu menuntaskan suatu pekerjaan yang belum kamu pahami mental menjadi taruhanya ketika kamu memaksakan diri. Apalagi ketika kamu tidak bisa mengendalikan hal itu, lalu perasaan negative muncul bisa jadi kamu akan merasa rendah, dan tidak berguna.

Baron dan Greenberg memberikan gambaran orang-orang yang mengalami burnout. Karakteristik itu antara lain :

    1. Pertama, penderita mengalami kelelahan fisik, merasa kurang energi sepanjang waktu, dan merasakan keluhan fisik seperti: sakit kepala, mual, susah tidur, dan mengalami perubahan kebiasaan.
    2. Kedua, mengalami kelelahan emosional, defresi, perasaan tidak berdaya, merasa terperangkap di dalam pekerjaan.
    3. Ketiga, menunjukan kelelahan sikap atau mental, salah satunya sikap sinis terhadap orang lain, bersikap negative terhadap orang lain, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, organisasi dan kehidupan umumnya.
    4. Keempat, penghargaan diri rendah, bahwa ketika tugas yang dulu tidak mampu dikerjakan dengan baik, maka mereka akan berpikir bahwa tugas di masa depan sama saja, tidak bisa dikerjakan dengan baik.

Penyebab dari burnout itu berbeda-beda, sulit menyatakan hanya beberapa faktor saja, karena dalam dunia kerja itu kompleks. Walaupun memang ada beberapa yang familiar yaitu : stres, pekermbangan karir terhambat, work overload, persepsi ketidak berhasilan seseorang, ini bersifat pribadi. Adapun penyebab itu berada di ranah organisasi diantara lain : kondisi jabatan, tapi dalam pekerjaanya tidak berdampak atau sia-sia, tidak berguna, tidak efektif, dan tidak di hargai. Biasanya hal ini sering terjadi, terkadang ada yang bertahan karena baban hidup yang mengharuskan kerja atau keluar dari perusahaan. Sebenarnya ada beberapa langkah untuk mengantisivasi atau mencegah keadaan burnout, menurut Narkevis, Compton, dan McCarthy, pertama job redesign atau merancang kembali pekerjaan yang ada, agar tidak membosankan, monoton, dan menimbulkan kelelahan fisik maupun mental.

Referensi

Rosyid, Haryanto F. 1996. Burnout: PENGHAMBAT PRODUKTIFITAS YANG PERLU DICERMATI. Buletin Psikologi, Tahun IV, Nomor 1.